Rabu, 06 Oktober 2010

Borobudur keseluruhan

robudur secara keseluruhan

Candi Borobudur terletak di tengah-tengah Pulau Jawa, 41 km sebelah baratlaut Yogyakarta, dan 7 km sebelah selatan Magelang. Dataran Kedu yang mengelilinginya sering disebut sebagai “Taman Jawa” (The Garden of Java), karena dataran ini memang sangat subur, dan penduduknya pun sangat tekun. Dataran ini dikelilingi oleh 4 buah gunung, yaitu Gunung Sumbing (3.371 m) dan Sindoro (3.135 m) di sebelah baratlaut, serta Merbabu (3.142 m) dan Merapi (2.911 m) di sebelah timurlaut.

Candi Borobudur dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra selama kurang lebih 50 tahun, yaitu pada tahun 778 – 856 M, 300 tahun sebelum Angkor Wat (Kamboja), dan 200 tahun sebelum Notre Dame.

Secara keseluruhan, tinggi Borobudur mencapai 42 m, tetapi kemudian setelah dipugar, tingginya berkurang hingga hanya 34,5 m, dan mempunyai dimensi 123 x 123 m. Borobudur mempunyai 10 lantai atau tingkat. Lantai pertama sampai keenam berbentuk segi empat, dan lantai ketujuh sampai kesepuluh berbentuk lingkaran.

Candi ini menghadap ke timur, dan terdiri dari 1.460 panel, yang masing-masing memiliki lebar 2 m. Luas seluruh dindingnya mencapai 2.500 m2, dan dipenuhi oleh relief. Jumlah panel yang memiliki relief ada 1.212. Menurut penelitian, jumlah patung Buddha sekitar 504, termasuk patung-patung yang masih utuh dan yang telah hancur. Pemugaran Borobudur sudah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu dari tahun 1905 – 1910, dan yang terakhir pada tahun 1973 – 1983.

Salah Desain?

Borobudur dibangun selama kurang lebih 50 tahun lamanya, melalui beberapa tahapan. Selama ini pula desain Borobudur mengalami beberapa kali perubahan.

Tahap pertama
Tahap pertama kemungkinan dimulai sekitar tahun 780 M. Pada tahap ini, bangunan kecil dengan tiga buah teras bertumpuk didirikan pada saat bangunan lainnya mulai dibangun dan kemudian dihancurkan. Bangunan ini kemungkinan awalnya dirancang sebagai sebuah piramid bertingkat.

Tahap kedua
Pada tahap ini, pondasi Borobudur diperlebar, menutupi kaki asli. Selain itu, jumlah teras juga diperbanyak, termasuk dua buah teras persegi empat dan satu buah teras bundar.

Tahap Ketiga
Perubahan yang lebih teliti dilakukan, dimana puncak teras bundar dipindahkan dan diganti dengan serangkaian tiga buah teras bundar yang baru. Stupa juga dibangun di puncak teras-teras ini.

Tahap keempat dan kelima
Ada sedikit perubahan pada monumen, termasuk penambahan relief-relief baru dan perubahan pada tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen tetap sama, dan perubahan sebagian besar hanya pada dekorasinya.

Lalu, dimanakah letak kesalahan desain Candi Borobudur? Menurut Dirjen Kebudayaan, I Gusti Ngurah Anom dalam “Simposium Rahasia di Balik Keagungan Borobudur” yang diselenggarakan Dhammasena Universitas Trisakti di Jakarta, pertengahan Maret lalu, kesalahan desain itu diperbaiki dengan membuat “kaki tambahan” dan menutupi kaki aslinya. Hal ini dilakukan pada tahap kedua pembangunan Borobudur.

Adanya dua kaki itu pertama kali diketahui oleh Yzerman (1885) ketika mengadakan penelitian untuk penyelamatan Candi Borobudur dari bahaya kerusakan. Kaki tambahan seperti yang terlihat sekarang, bentuknya sangat sederhana dan sering disebut teras lebar. Teras lebar ini menutupi relief di kaki asli, yang terdiri dari 160 pigura. Di beberapa pigura terdapat tulisan singkat sebagai petunjuk ringkas bagi pemahatnya dalam huruf Jawa Kuna. Ternyata kata-kata yang dipergunakan itu juga terdapat dalam kitab Mahakarmavibhangga yang memuat cerita tentang cara kerja hukum karma dalam kehidupan.

Mengapa relief di kaki asli Candi Borobudur ditutup memang masih menjadi polemik di kalangan para arkeolog. Sebagian berpendapat bahwa penutupan ini sekedar masalah teknis agar candi itu tidak longsor, mengingat kaki aslinya sangat curam. Sebagian lagi mengatakan bahwa penutupan ini karena alasan keagamaan. Argumentasinya, karena relief di kaki asli menggambarkan kehidupan sehari-hari yang terkadang berkesan sadis, seronok, dan sebagainya. Hal ini dianggap tidak patut diketahui oleh umat Buddha yang berkunjung ke Borobudur (Kompas, 7 April 2000)

Pertanyaannya sekarang, benarkah pernah terjadi kesalahan desain pada Candi Borobudur? Mengapa bisa terjadi? Dan untuk apa sebenarnya desain baru dibuat? Agaknya hanya sang pendiri yang bisa menjawabnya.

Patung Buddha

Pada Candi Borobudur, terdapat patung-patung Buddha dengan 6 macam image atau mudra yang berbeda. Kenam mudra Buddha tersebut adalah:

1. Bhumisparcamudra atau “memanggil bumi untuk menyaksikan”. Posisi Buddha dimana tangan kanan menyentuh bumi, diletakkan di atas lutut kanan, dengan jari-jari menunjuk ke bawah. Mudra ini melambangkan permintaan Buddha kepada Dewa Bumi untuk menyaksikan prilakunya yang benar ketika menyangkal tuduhan Mara. Mudra ini ciri khas bagi Dhyani Buddha Aksobhya.

2. Abhayamudra. Posisi Buddha dimana tangan kanan diletakkan di atas paha kanan, dengan telapak tangan menghadap ke atas, sebuah posisi yang melambangkan upaya penghalauan terhadap rasa takut. Mudra ini merupakan Dhyani Buddha Amoghasiddi, Buddha Utara.

3. Dhyanamudra atau “meditasi”. Kedua tangan terbuka dan diletakkan di pangkuan, dimana tangan kanan berada di atas tangan kiri, dan kedua ibu jari saling menyentuh satu sama lain. Mudra ini dianggap berasal dari Amitabha, Dhyani Buddha Barat.

4. Varamudra atau “amal”. Tangan kanan diputar ke atas dan jari-jari ke bawah dan diletakkan di lutut kanan. Dhyani Buddha tersebut adalah Ratnasambhava, Buddha Selatan.

5. Virtakamudra atau posisi menimbang keputusan secara matang, digambarkan dengan posisi mengangkat tangan kanan di atas lutut kanan, dengan telapak tangan menghadap ke atas, dan ujung jari telunjuk menyentuh ibu jari. Dhyani Buddha yang dimaksud di sini adalah Budha dari semua arah.

6. Dharmacakramudra, atau “perputaran roda Hukum”, yang melambangkan kotbah pertama Sakyamuni di Taman Kijang di Benares. Kedua tangan ditahan di dada, tangan kiri di bawah tangan kanan, dan diputar ke atas dengan jari manis menyentuh ibu jari, sedangkan jari manis tangan kanan menyentuh jari kelingking kiri. Posisi tangan yang demikian memberi kesan perputaran roda, dan dihubungkan dengan Vairocana, Dhyani Buddha Puncak.

Relief pada Candi Borobudur

Hal lain yang unik dan indah yang bisa kita temui di Candi Borobudur adalah relief yang terukir di permukaan dinding-dindingnya, dan di sepanjang lorong atau jalan kecil yang terdapat di sini. Pada tahap pertama pembangunan Borobudur, terdapat serangkaian relief pada kaki bangunan. Ilustrasi teksnya diambil dari Karmavibhangga (Hukum Sebab Akibat). Teks itu mencerminkan niat baik dan imbalannya, tapi lebih menitikberatkan pada hukuman berat bagi mereka yang berniat jahat seperti membunuh hewan, berkelahi atau penjagalan.

Dinding dari galeri pertama didekorasi oleh 4 rangkaian relief: dua pada tembok serambi, dan dua pada tembok utama. Kedua rangkaian relief yang terdapat di dinding serambi diambil dari teks Jatakas, atau Kisah Kelahiran. Dongeng-dongeng ini menceritakan kehidupan Sakyamuni (Buddha Gautama) dalam berbagai inkarnasi sebelum kelahiran akhirnya sebagai manusia. Tema dari kisah-kisah ini adalah pengorbanan diri sebagai sarana memperoleh kebaikan dan kelahiran yang lebih baik pada kehidupan berikutnya, dengan mencapai nirwana sebagai tujuan akhir.

Tingkat dinding utama yang lebih rendah dihias dengan kisah kelahiran yang lain, yang menceritakan kehidupan orang-orang lain selain Sakyamuni yang juga memperoleh pencerahan. Berbeda dengan ajaran Buddha Theravada, dimana didalamnya diyakini bahwa hanya satu orang yang dapat memperoleh pencerahan pada zaman ini, para pengikut Buddha Mahayana yakin banyak makhluk yang telah mencapai tahap ini. Teks ini disebut Avadanas.

Pada tingkat dinding utama yang lebih tinggi, galeri pertamanya mempertunjukkan relief-relief yang menceritakan kehidupan Sakyamuni (Siddharta Gautama) sepanjang kehidupannya sebagai pangeran yang menjadi guru bertapa. Relief-relief ini dimulai dengan Buddha ketika berada di surga sebelum reinkarnasi terakhirnya, dan berakhir dengan upacara pertamanya di Taman Kijang di Benares. Teks ini dinamakan Lalitavista.

Rangkaian kelima dan terakhir menempati 3 galeri Borobudur sebelah atas. Teks digunakan sebagai sumber inspirasi yang disebut Gandavyuha. Ukiran ini mengandung cerita seorang pemuda, anak pedagang, bernama Sudhana, yang berguru dari satu guru ke guru lain dalam upaya mencari pencerahan. Sebagian besar relief memperlihatkan adegan pemuda itu bepergian dengan berbagai transportasi termasuk kereta kuda dan gajah, serta adegan ketika dia berlutut di hadapan para gurunya (kalayanamitra, atau “teman baik”), baik laki-laki, perempuan, anak-anak dan Bodhisattvas. Penjelajahan Sudhana berakhir di Istana Maitreya, Buddha di masa depan, di puncak gunung Sumeru, dimana dia diberi pelajaran dan memiliki berbagai pandangan.

Rangkaian terakhir relief yang terdapat di teras bagian atas diambil dari lanjutan teks ini, yang disebut Bhadracari, dimana Sudhana bersumpah untuk menjadi Bodhisattva, dan mengikuti contoh Bodhisattva tertentu bernama Samantabhadra.

Bhadracari; “Dan kemudian selanjutnya, Raja Buddha akan datang, yang akan menerima pencerahan di masa depan, seperti Raja Maitreya yang mulia dan seterusnya, dan akhirnya Samantabhadra, Sang Buddha Masa Depan”

Penempatan rangkaian relief pada tingkat paling tinggi dari candi menunjukkan bahwa ini merupakan teks yang paling dihormati oleh pendiri Borobudur. Adegan-adegan relief kelihatannya didesain untuk mendorong para pejiarah agar mengikuti contoh Sudhana ketika memanjat gunung, yang melambangkan tujuan dan sumber kebijaksanaan tertinggi.

Secara keseluruhan, tepatlah kiranya kalau kita menyebut candi yang satu ini sangat ajaib (itulah kenapa ia menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia bukan?). Mungkin sebelumnya kita tidak pernah membayangkan, bahwa di zaman dahulu ada seorang manusia yang mampu merancang dan membangun monumen serumit, sespektaluker, sekaligus seindah Borobudur. Bayangkan saja, batu ditumpuk satu per satu hingga membentuk sebuah bangunan tinggi nan indah. Setiap bagiannya pun memilki makna, tidak asal desain.

Candi Borobudur

Kontes-kontesan seperti American Idol ini memang dari awal sudah menuai kritik,..Kita sebagai orang Indonesia tidak perlu merasa marah/sedih/apapun itu karna Borobudur tetap masih sebagai World Cultural Heritage-nya UNESCO, yang tidak seperti new-7 wondersnya weber yang penuh muatan bisnis dan pemilihannya sangat subjektif dan tergantung pada penentrasi internet, World Heritage UNESCO ditentukan dengan serangkaian studi dan proses ilmiah yang rumit, dan sangat penting untuk mendukung usaha pelestarian situs world heritage.
Saat ini Indonesia memiliki 7 WH (tangible) dimana 4 diantaranya adalah World Natural Heritage dan 3 lainnya World Cultural Heritage. Tahun lalu Cultural lanscape of Bali masuk sebagai nominasi tapi tak terpilih. Yang penting adalah, penobatan World Heritage bukan lah status terhormat terakhir yang menyudahi usaha pelestariannya. Tetapi, justru penobatan sebagai World Heritage artinya TUGAS besar kita sebagai bangsa Indonesia merawat dan melestarikan WH yang bukan lagi milik orang Indonesia, tetapi Dunia.Hanya sayangnya,.... kita terus membahas dan menggembor2kan 7wonders. Kapan orang Indonesia akan bangga terhadap Borobudur sebagai World Heritage, bukan sebagai 7wonders yang penuh muatan bisnis dan pariwisata?????? Kapan Borobudur tidak lagi sekedar dianggap sebagai mesin ATM raksasa???? Kapan semua orang Indonesia tahu bahwa ada Situs Sangiran yang ironisnya, sangat populer di dunia sebagai situs manusia purba, tetapi tenggelam di negeri
sendiri....Semoga kita-kita ini, dapat menjadi bagian (walaupun sangat kecil) dari SOLUSI, bukan menjadi bagian dari MASALAH negeri ini yang sudah menggunung itu.jabat erat,RiswantoIndonesia World Heritage Youth Network (IndoWYN)


--- On Fri, 1/9/09, teddy sunardi <teddysunardi@gmai...> wrote:

From: teddy sunardi <teddysunardi@gmai...>
Subject: [mediacare] Candi Borobudur Bukan 7 Keajaiban Dunia
To:
Date: Friday, January 9, 2009, 10:55 PM


















sumber: http://riyn. multiply. com/journal/ item/40 Tujuh keajaiban baru di dunia baru saja diumumkan pekan lalu. Terjadi perubahan. Kepentingan bisnis diduga di balik itu. Kota kuno itu berwarna merah muda bila terkena sinar matahari. Petra, kota peninggalan Romawi itu, memang luar biasa. Jordan Times mencatat, dua bulan menjelang berakhirnya tahun 2006, 56 ribu orang mengunjunginya, atau 25 persen lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Tapi segalanya berubah setelah Yayasan New7Wonders pimpinan Bernard Weber mengumumkan Petra sebagai salah satu tujuh keajaiban dunia, Senin pekan lalu. "Kami sangat bangga dan mendukung penuh pilihan Petra sebagai peninggalan yang mengagumkan di Timur Tengah," ujar juru bicara yayasan terkait perusahaan Nissan Timur Tengah itu, Saleh Jafar Ratu Rania Abdullah dari Yordania sangat senang dengan hasil pengumuman itu. Saat pemilihan dia termasuk yang aktif menganjurkan agar rakyat Yordania memilih Petra
sebagai salah satu keajaiban dunia. Dari 11 juta suara yang diperoleh Petra, tujuh juta pemilih berasal dari Yordania. Ada 100 juta orang di dunia yang mengakses situs ini. Menurut sejarah, dari Petra inilah orang Arab Mekkah mengenal berhala-berhala, putri-putri tuhan Lata, Uzza, dan Manat. Sekitar enam jam perjalanan dari ibu kota Yordania, Amman, Petra terletak tak jauh dari Wadi (danau) Musa. Selain Petra, mereka juga memilih Tembok Raksasa di Cina, Patung Yesus di Brasil, Machu Pichu di Peru, Chichen Itza di Meksiko, Koloseum di Roma, dan Taj Mahal di India.




Sebenarnya ide menyusun ulang tujuh keajaiban dunia muncul dari Weber, petualang asal Swiss pada 1999. Lebih dari 200 nama tempat muncul dari usulan para juri yang terdiri atas arsitek terkemuka, termasuk bekas pimpinan UNESCO, Federico Mayor. Jumlah tersebut diciutkan menjadi 77, lalu dipersempit lagi hingga 21 tempat lewat sebuah pemungutan suara global sepanjang 2006. Nah, "21 besar" inilah yang kemudian diadu lewat pemungutan suara final melalui telepon, pesan pendek (SMS), dan klik internet sejak Januari lalu. Pilihan persis model American Idol atau Indonesian Idol yang sedang tren ini menyisihkan 14 kandidat, antara lain Masjid Hagia Sophia di Turki, Masjid Alhambra di Spanyol, Kuil Angkor Wat di Kamboja, Patung Liberty di AS, gedung opera Sydney di Australia, Kuil Kiyomizu di Jepang, Katedral Basil dan gedung Kremlin di Rusia, Kapel Neuschwanstein di Jerman, Timbuktu di Mali, serta Stonehenge di Inggris. Sabtu, tanggal yang istimewa 07-07-07,
digunakan untuk mengumumkan hasil pilihan itu, yang mirip penyerahan Piala Oscar, di Lisabon, Portugal.




Tapi setelah pengumuman yang disiarkan dan ditonton 1,6 miliar orang di seluruh dunia itu, kritik bermunculan. Metodenya dianggap tidak valid, bahkan daftar nama yang disodorkan para juri dinilai tak lepas dari unsur subyektivitas. Padahal, UNESCO memiliki daftar 850 monumen yang disebut situs peninggalan dunia. Ternyata, lembaga dunia itu tak dilibatkan dalam proyek Weber itu. ''Tujuh Keajaiban Dunia yang baru itu hanyalah hasil dari sebuah inisiatif pribadi. Ini takkan memberi kontribusi signifikan terhadap pemeliharaan situs tersebut,'' demikian pernyataan resmi UNESCO. Tujuh Keajaiban Dunia terhampar di wilayah Mediterania dan Timur Tengah, seperti manuskrip Tujuh Keajaiban Dunia yang pertama kali ditulis pada abad ke-2 sebelum Masehi oleh petualang Yunani kuno, Antipater dari Sidon. Meliputi Taman Gantung Babilonia, Patung Zeus di Olimpia, Kuil Artemis di Ephesus, Makam Halicarnassus, Colossus dari Rhodes, dan Rumah Cahaya Pharos di Alexandria.
Pemerintah Indonesia termasuk pihak yang keberatan pada hasil jajak pendapat tersebut. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam rapat dengar pendapat di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, dua hari setelah pengumuman, Senin pekan lalu, melalui Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Hari Untoro Drajat, menyatakan, kriteria yang digunakan dalam penentuan daftar Tujuh Keajaiban Dunia yang baru itu tidak jelas. ''Hasil polling itu hanyalah persepsi internasional mengenai keajaiban dunia. Keajaiban dunia itu tidak sama dengan warisan dunia. Borobudur masih masuk dalam warisan penting di dunia," katanya. Meski begitu, menurut Hari, hasil dari jajak pendapat tersebut perlu menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk mengembangkan strategi baru dalam politik kebudayaan dan bisnis. Dengan adanya strategi yang bagus, dia berharap kebudayaan yang ada di negeri ini tetap dapat terpelihara dan dikenal secara luas.




Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengaku telah mendengar kabar dikeluarkannya Candi Borobudur dari salah satu keajaiban dunia sejak tahun lalu. Ia sempat minta klarifikasi kepada UNESCO. "Memang, pernah ada bekas pegawai UNESCO yang membuat angket tentang mana saja di dunia ini yang bisa menjadi keajaiban dunia. Hasilnya Borobudur bukan termasuk tujuh besar keajaiban dunia," katanya. Namun, menurut Menteri Jero Wacik, cara penilaian terhadap peninggalan dunia yang menjadi keajaiban dunia seharusnya tidak dilakukan dengan cara seperti itu. "Di mata kami dan UNESCO, Borobudur tetap salah satu keajaiban dunia. Angket bisa berubah, mana yang populer dan tidak," ujarnya. Karena itu, Indonesia tetap optimistis untuk mempromosikan Candi Borobudur dan candi-candi lainnya, seperti Prambanan dan Mendut. "Sebab candi-candi itu adalah milik bangsa yang harus dibanggakan, "katanya.



Bukan hanya Indonesia yang tak mengakui jajak pendapat Weber, pejabat Mesir marah dan tersinggung ketika Piramida Giza, satu-satunya keajaiban dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang masih tersisa, dimasukkan sebagai salah satu dari 21 kontestan. Kemarahan Mesir ini akhirnya membuat New7Wonders sebagai organisasi penyelenggara kontes menarik Giza dari jajak pendapat dan mengangkatnya sebagai kandidat kehormatan. Bukan cuma Mesir yang menolak kontes ini. Vatikan menuding penyelenggara kontes dengan sengaja mengabaikan monumen Kristen. Kepala Komisi Budaya dan Arkeologi Kepausan Vatikan Uskup Agung Mauro Piacenza menyatakan tidak diikutsertakannya karya fresco Michelangelo di Sistine Chapel, "Sangat mengejutkan. Tidak dapat dipahami dan mencurigakan. " Namun, semua kritik dan protes itu tak membuat Weber, mundur. Petualang Swiss itu mengaku sulit bagi semua orang memilih hanya tujuh monumen yang layak menjadi keajaiban dunia baru. "Semua proses dilakukan
secara demokratis lewat pemungutan suara terbanyak," kata Weber. "Kecuali untuk memilih 21 finalis, yang dilakukan oleh dewan juri yang dipimpin bekas Direktur Jenderal UNESCO Frederico Mayor Zaragoza lewat kriteria keindahan, kompleksitas, nilai historis, hubungan kebudayaan, dan makna arsitekturalnya."



Tujuh Keajaiban Dunia ternyata tak hanya dikeluarkan Weber, banyak versi Tujuh Keajaiban Dunia lainnya.
Surat kabar Amerika, USA Today, misalnya, pada November tahun lalu mengeluarkan daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Ketujuh tempat itu adalah Potala Palace (Tibet), kota tua Yerusalem, kubah es (kutub), Monumen Nasional Kelautan Papahanaumokuakea (Hawaii), reruntuhan Mayan (Mesoamerica) , Great Migration of Serengeti and Masai Mara (Tanzania dan Kenya), serta internet. Munculnya daftar tujuh keajaiban dunia baru versi Weber diduga sarat dengan urusan bisnis. Negeri tempat terdapat situs yang disebut itu akan diserbu turis di seluruh dunia. Iklan kampanye, rute penerbangan, dan pendukung bisnis wisata lainnya akan meningkat drastis. Weber tak banyak berharap. Dia hanya mengharapkan situs Buddha yang dihancurkan Taliban di Bamiyan, Afganistan, dibangun kembali dan dilindungi. (AFP, The Herald, Antara dan Wikipedia) sumber : Majalah Tempo, edisi 16 Juli 2007